Monday, February 20, 2017

3 Stereotipe tentang Orang Makassar dan Kota Makassar


Asssalamu Alaikum

Hellooo Guys libur semester telah tiba untuk kalangan mahasiswa nih hehe :D nah. mungkin teman-teman yang punya agenda wisata maka sepertinya kota Makassar bisa jadi salah satu tujuan wisata. apalagi kalau teman-teman belum pernah menginjakkan kaki di ibukota Sulawesi Selatan ini.

Sebenarnya sih berlibur ke Kota Makassar ini bisa kapan saja tanpa harus menunggu libur lebaran atau libur panjang tiba hehe. jadi anda dapat menginjungi Kota Makassar jika Anda mau dan punya kesempatan tentunya !! So percayalah di kota ini menyajikan banyak hal yang menyenangkan untuk liburan anda. Tapi sebelumnya anda harus mengetahui informasi tentang kota ini dan saya akan berbagi tentang 5 hal Stereotipe tentang Orang Makassar.

Apa Saja ? Yuk Di simak.

1. Orang Makassar (Manusia Kasar) Semua Kasar ??


 

Mungkin ini Stereotip yang pertama :D "Orang Makassar Tuh kok kasar semua yah ?" kalo ini sih relatif tergantung dari pada induvidu masing-masing toh di Jakarta aja banyak preman dan copetnya serta banyak kasus pembunuhan hehe. ada pun 3 Alasan yang katanya mendukung sifat kasar orang makassar itu yaitu :

A. Nama Makassar


Banyak orang yang menganggap kata Makassar itu mengandung kata "kasar", padahal tidak demikian adanya. Kata Makassar sendiri sebenarnya berasal dari 2 kata, yang pertama itu "Mang" yang berarti Memiliki sifat atau yang terkandung didalamnya, kemudian kata yang kedua adalah "Kasarak", yang berarti wujud yang nampak, terang dan terlihat jelas. Jadi arti dari kata Mangkasara yang kemudian dibahasa Indonesiakan menjadi Makassar sebenarnya ialah Memiliki sifat yang jelas dan terbuka.

Kata "Kasar" memang langsung terbersit dipikiran ketika membaca tulisan Makassar ini, namun sekali lagi saya sampaikan kepada teman-teman, bahwa tidak ada satupun kata "Kasar" dalam nama Makassar ini, yang ada itu adalah "Kasarak" yang artinya nyata atau nampak.
Jadi sangat mengada-ada bukan untuk infonya cek di sini.

B. Gaya Bicara

Sama halnya di Jakarta dengan Gaya Bicara "Lho-Lho atau Gue" orang Makassar pun punya ciri khas gaya bicara tersendiri Cara bicara orang makassar memang saya anggap cenderung keras dan terkadang sedikit agak lantang. Namun keras bukan berarti kasar, dan biasanya mereka langsung berbicara pada pokok pembahasan seperti To The Point, tidak bertele-tele dan tidak suka Basa-basi. Ada juga yang berpendapat, cara bicara orang Makassar itu ceplas-ceplos , yah itu sih relatif bisa saja benar tapi juga bisa saja salah.

Jadi tenang aja kalau ada orang Makassar yang suaranya dalam berbicara agak besar, karena belum tentu ia sedang marah. Kalau dari penggunaan kata, orang Makassar memang sering juga mengucapkan huruf E pada awal kalimatnya ataupun ada penambahan huruf pada akhir kalimatnya. Misalnya mungkin ketika mereka mengatakan kata "disana, jangan, bilang, ataupun kata belum", nah kalau orang Makassar biasa mengucapkannya seperti ini, "disanai, janganki/janganko, bilangka/bilangko, ataupun belumpi/belumpa". Terlihatkan ada penambahan pada akhir kata diatas.

C. Media


Mengapa saya menganggap media merupakan satu hal yang membuat mindset "Makassar itu Kasar"?, karena ketika ada aksi-aksi entah yang dilakukan mahasiswa atau organisasi yang terdapat di Makassar, dalam hal ini yang mungkin berakhir bentrok dan sebagianya, maka media langsung saja memblow up kejadian tersebut. Bahkan saya melihat ada berita yang terkadang berlebihan yang biasa ditayangkan oleh beberapa media di Ibukota mengenai situasi Kota Makassar.

Wajar saja memang, dikarenakan berita negatif merupakan salah satu sasaran empuk pihak media yang pastinya dapat menaikkan rating media tersebut. Berbeda sekali ketika mahasiswa Makassar ataupun organisasi di Makassar melakukan hal-hal positif, tentunya media terkadang tidak tertarik untuk menyebarkannya. Sehingga saya pribadi menanganggap, bahwa media merupakan salah satu hal yang membuat paradigma kepada Masyarakat luar mengenai Makassar Itu Kasar.

2. Semua yang tinggal di kota Makassar yaitu orang Makassar ??




yap ini Stereotip yang kedua orang luar tuh menganggap orang dari Kota Makassar semua orang Makassar. yah ini sih tidak salah tapi perlu di luruskan sama halnya di kota besar lainnya terdiri dari berbagai etnis dan suku berbeda tapi ini berbeda dengan Kota Makassar. yang Jadi perhatian adalah nama Makassar "karena Makassar adalah nama sebuah suku bangsa padahal tidak semua penduduk kota Makassar adalah anggota dari etnik Makassar." 

Kota Makassar merupakan kota yang memiliki sejarah panjang hingga terbentuk seperti sekarang. Awalnya, Kota Makassar merupakan wilayah Kerajaan Makassar, nama lain Kerajaan Gowa. Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang benar-benar mengembangkan kota Makassar. Ia memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman ke tepi pantai, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang, serta mengangkat seorang syahbandar untuk mengatur perdagangan.

Pada abad ke-16, Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara. Raja-raja Makassar(Gowa-Tallo) menerapkan kebijakan perdagangan bebas yang ketat, di mana seluruh pengunjung ke Makassar berhak melakukan perniagaan disana dan menolak upaya VOC (Belanda) untuk memperoleh hak monopoli di kota tersebut.

Selain itu, sikap yang toleran terhadap agama berarti bahwa meskipun Islam semakin menjadi agama yang utama di wilayah tersebut, pemeluk agama Kristen dan kepercayaan lainnya masih tetap dapat berdagang di Makassar. Hal ini menyebabkan Makassar menjadi pusat yang penting bagi orang-orang Melayu yang bekerja dalam perdagangan di Kepulauan Maluku dan juga menjadi markas yang penting bagi pedagang-pedagang dari Eropa dan Arab.Semua keistimewaan ini tidak terlepas dari kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo yang memerintah saat itu (Sultan Alauddin, Raja Gowa, dan Sultan Awalul Islam, Raja Tallo).

Jado klo mau menyapa teman dari Kota Makassar mikir-mikir dulu yah siapa tahu dia orang bugis,Mandar atau Toraja bukan Makassar hehe Unik Kan :D


3. Suku Makassar dan Suku Bugis Sama ??



ini Steretip yang ketiga orang di luar SUL-SEL mengatakan orang Bugis == Makassar itu bedalah lho Puang(Julukan orang Bugis) != Daeng(Julukan orang Makassar).
Banyak yang mengira bahwa Makassar adalah identik dengan suku Bugis dan bahwa istilah Bugis dan Makassar adalah istilah yang diciptakan oleh Belanda untuk memecah belah. Dari segi linguistik, bahasa Makassar dan bahasa Bugis berbeda, walau kedua bahasa ini termasuk dalam Rumpun bahasa Sulawesi Selatan dalam cabang Melayu-Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia. Dalam kelompok ini, bahasa Makassar masuk dalam sub-kelompok yang sama dengan bahasa Bentong, Konjo dan Selayar, sedangkan bahasa Bugis masuk dalam sub-kelompok yang sama dengan bahasa Campalagian dan dua bahasa yang ditutur di pulau Kalimantan yaitu bahasa Embaloh dan bahasa Taman. Perbedaan antara bahasa Bugis dan Makassar ini adalah salah satu ciri yang membedakan kedua suku tersebut. Pikiran bahwa Bugis dan Makassar adalah serumpun berasal dari hubungan erat kerajaan seperti Bone, Wajo dan Gowa. Terlepas dari banyaknya persamaan dan eratnya hubungan serta saling menaruh hormat, sangat perlu ditegaskan bahwa orang Bugis dan Makassar tetaplah dua suku yang berbeda.

SUKU MAKASSAR

Suku Makassar adalah nama Melayu untuk sebuah etnis yang mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya Mangkasara’ berarti “Mereka yang Bersifat Terbuka.”

Etnis Makassar ini adalah etnis yang berjiwa penakluk namun demokratis dalam memerintah, gemar berperang dan jaya di laut. Tak heran pada abad ke-14-17, dengan simbol Kerajaan Gowa, mereka berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan armada laut yang besar berhasil membentuk suatu Imperium bernafaskan Islam, mulai dari keseluruhan pulau Sulawesi, kalimantan bagian Timur, NTT, NTB, Maluku, Brunei, Papua dan Australia bagian utara.

Mereka menjalin Traktat dengan Bali, kerjasama dengan Malaka dan Banten dan seluruh kerajaan lainnya dalam lingkup Nusantara maupun Internasional (khususnya Portugis). Kerajaan ini juga menghadapi perang yang dahsyat dengan Belanda hingga kejatuhannya akibat adu domba Belanda terhadap kerajaan taklukannya.

Bahasa Makassar

Bahasa Makassar, juga disebut sebagai Basa Mangkasara’ adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Makassar, penduduk Sulawesi Selatan, Indonesia. Bahasa ini dimasukkan ke dalam suatu rumpun bahasa Makassar yang sendirinya merupakan bagian dari rumpun bahasa Sulawesi Selatan dalam cabang Melayu-Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia.

Bahasa ini mempunyai abjadnya sendiri, yang disebut Lontara, namun sekarang banyak juga ditulis dengan menggunakan huruf Latin.

Tarian Suku Makassar

Ada beberapa tarian dan atraksi sering di tampilkan oleh suku Makassar diantaranya adalah:
Atraksi permainan tradisional “Ma’raga”, atraksi permainan rakyat “Mappadendang”, tarian magis “Pepe-pepeki ri Makka”,  permainan gendang dan atraksi “Gandrang Bulo”, serta Tari Pakarena

Syair

Berikut beberapa contoh syair dalam bahasa Makassar :

Le’ba kusoronna biseangku, kucampa’na sombalakku, tamassaile punna teai labuang
Bila perahu telah kudorong, layar telah terkembang, takkan ku berpaling kalau bukan labuhan yang kutuju.

Ku alleangi tallanga na toalia
Arti bahasa: Lebih baik tenggelam dari pada kembali (latar belakang kata tersebut dari seorang pelaut yang telah berangkat melaut)
Makna: Ketetapan hati kepada sebuah tujuan yang mulia dengan taruhan nyawa.

Eja pi nikana doang
Seseorang baru dapat dikenali atas karya dan perbuatannya

Teai mangkasara’ punna bokona loko’
Bukanlah orang Makassar kalau yang luka di belakang. Adalah simbol keberanian agar tidak lari dari masalah apapun yang dihadapi.

SUKU BUGIS

Bugis merupakan kelompok etnik yang berasal dari Sulawesi Selatan. Penciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis.

Bahasa Bugis

Bahasa Bugis adalah salah satu dari rumpun bahasa Austronesia yang digunakan oleh etnik Bugis di Sulawesi Selatan, yang tersebar di sebagian Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, Kota Parepare, Kabupaten Pinrang, sebahagian kabupaten Enrekang, sebahagian kabupaten Majene, Kabupaten Luwu, Kabupaten Sidenreng Rappang, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Wajo, Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, sebagian Kabupaten Bulukumba, dan sebagian Kabupaten Bantaeng.

Bahasa Bugis terdiri dari beberapa dialek. Seperti dialek Pinrang yang mirip dengan dialek Sidrap. Dialek Bone (yang berbeda antara Bone utara dan Selatan). Dialek Soppeng. Dialek Wajo (juga berbeda antara Wajo bagian utara dan selatan, serta timur dan barat). Dialek Barru, Dialek Sinjai dan sebagainya. Masyarakat Bugis memiliki penulisan tradisional juga memakai aksara Lontara.

Tarian Suku Bugis

Berikut beberapa tarian khas bugis yang biasa di tampilkan, diantaranya:
– Tari Pelangi : Tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut tari meminta hujan.
– Tari Paduppa Bosara : Tarian yang mengambarkan bahwa orang Bugis jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan
– Tari Pattennung : Tarian adat yang menggambarkan perempuan-perempuan yang sedang menenun benang menjadi kain. Melambangkan kesabaran dan ketekunan perempuan-perempuan Bugis.
– Tari Pajoge’ dan Tari Anak Masari: tarian ini dilakukan oleh calabai (waria), namun jenis tarian ini sulit sekali ditemukan bahkan dikategorikan telah punah.
– Tarian ritual Bissu “Ma’giri” , di dalam Maggiri inilah Bissu mempertunjukan kesaktiannya kebal akan benda tajam.

Syair

Berikut beberapa contoh syair dalam bahasa Bugis :

Taro ada taro gau
Arti bahasa: Simpan kata simpan perbuatan.
Makna: Konsistensi perbuatan dengan apa yang telah dikatakan.

Aja mumae’lo nabe’tta taue’ makkalla ‘ricappa’na lete’ngnge.
Arti bahasa: Janganlah engkau mau didahului orang menginjakkan kaki dihujung titian
Makna:Janganlah engkau mau didahului orang lain untuk mengambil rezeki .

Watang Kale Itu Rupami, Ampe-ampe Panesai Tau.
Arti bahasa: Muka hanya sekedar kesing saja, tapi perbuatanlah manusia di katakan manusia.

Demikianlah Sekilas Perbedaan Suku Bugis dan Suku Makassar, meskipun Sangat sering, kata ‘Bugis’ dan ‘Makassar’ disandingkan sehingga banyak yang menilai kata ‘Bugis’ dan ‘Makassar’ adalah sinonim. Meski tidak bisa di pungkiri kecenderungan ini memang berdasarkan atas beragamnya kesamaan identitas mereka sebagai dua suku bertetangga yang mengatasi perbedaan suku dan bahasa mereka.

Yeah Mungkin itu dulu yang bisa Admin Share kita perlu ingat kita adalah orang Indonesia jadi jangan menjudge induvidu berdasarkan sukunya perbedaan adalah kekuatan. potensi untuk maju ada di negara kita cintai ini Indonesia. kita setara dengan negara lain jika kita menyadari Kita Orang Indonesia (we are Indonesian People). have nice day XD.

Unknown

Author & Editor

Happy Coding

1 comments: